Presiden Ketiga,
Habibie (1998-1999)
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf
Habibie lahir di Pare-Pare,.. Sulawesi Selatan, pada 25 Juni 1936. Beliau
merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil
Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo. Habibie yang menikah dengan Hasri
Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai dua orang putra yaitu
Ilham Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya
di Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Sifat tegas berpegang pada prinsip telah ditunjukkan
Habibie sejak kanak-kanak. Habibie yang punya kegemaran menunggang kuda ini,
harus kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September 1950 karena
terkena serangan jantung. Tak lama setelah bapaknya meninggal, Habibie pindah
ke Bandung untuk menuntut ilmu di Gouvernments Middlebare School. Di SMA,
beliau mulai tampak menonjol prestasinya, terutama dalam pelajaran-pelajaran
eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di sekolahnya.
Setelah tamat SMA di bandung tahun 1954, beliau masuk
Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma
dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar
Doktor dari tempat yang sama tahun 1965. Habibie menikah tahun 1962, dan
dikaruniai dua orang anak. Tahun 1967, menjadi Profesor kehormatan (Guru Besar)
pada Institut Teknologi Bandung.
Langkah-langkah Habibie banyak dikagumi, penuh
kontroversi, banyak pengagum namun tak sedikit pula yang tak sependapat
dengannya. Setiap kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman Award,
itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu menjadi berita. Habibie
hanya setahun kuliah di ITB Bandung, 10 tahun kuliah hingga meraih gelar doktor
konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat Summa Cum laude. Lalu
bekerja di industri pesawat terbang terkemuka MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi
panggilan Presiden Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, Habibie 20 tahun menjabat Menteri Negara
Ristek/Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan BUMN Industri Strategis, dipilih MPR
menjadi Wakil Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung menjadi
Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto menyerahkan jabatan presiden itu
kepada Habibie berdasarkan Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa
pula lengser akibat refrendum Timor Timur yang memilih merdeka. Pidato
Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI. Beliau pun kembali menjadi warga negara
biasa, kembali pula hijrah bermukim ke Jerman.
Sebagian Karya beliau dalam menghitung dan mendesain
beberapa proyek pembuatan pesawat terbang
:
- VTOL ( Vertical Take Off & Landing ) Pesawat Angkut DO-31.
- Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130.
- Hansa Jet 320 ( Pesawat Eksekutif ).
- Airbus A-300 ( untuk 300 penumpang )
- CN – 235
- N-250
Dan
secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain:
- Helikopter BO-105.
- Multi Role Combat Aircraft (MRCA).
- Beberapa proyek rudal dan satelit.
Sebagian
Tanda Jasa/Kehormatannya :
- 1976 – 1998 Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.
- 1978 – 1998 Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.
- Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT
- 1978 – 1998 Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).
- 1978 – 1998 Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip Batam.
- 1980 – 1998 Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan (Keppres No. 40, 1980)
- 1983 – 1998 Direktur Utama, PT Pindad (Persero).
- 1988 – 1998 Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.
- 1989 – 1998 Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.
- 1990 – 1998 Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.
- 1993 Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.
- 10 Maret – 20 Mei 1998 Wakil Presiden Republik Indonesia
- 21 Mei 1998 – Oktober 1999 Presiden Republik Indonesia
0 komentar:
Posting Komentar